Postingan

TERAKHIR: KEBIMBANGAN YANG PASTI

Aku ingin mencari sebuah foto yang bermanfaat. Yang membuat orang-orang dapat termotivasi ketika melihatnya.  Padahal jelas, alasan utama diriku membuka kembali akun usang ini hanyalah demi membela diri sendiri. Agar tidak mati, kehilangan akalku untuk yang kesekian kali. Topik paling tak ayal yang tidak bisa kuhindari ini telah menjadi duri yang membuat hati sehatku menangis, dan aku benci menjadi bukan diriku yang lama lagi. Kerjaku hanya melelahkan hati. Apa mau dikata jika hatiku suka sekali berbuat semaunya. Aku ingin menangis saja, tapi aku tahu hal itu hanya akan membuatku merasa makin salah, karena menyadari. Tapi tidak pernah bisa berhenti. Aku ini, disatu titik dalalm hidupku mau tak mau harus mengakuinya sendiri, bahwa perasaan yang dimiliki oleh seorang manusia itu terkadang bisa jadi menakutkan. Jeda yang kuberikan seharusnya lebih panjang, jariku hanya bergerak. Tapi nafasku menggebu tak karuan. Nah, disini kau bisa melihat. Bahkan ketidaksingkronan itu meraj

MENJADI TERKENAL

 Pada 10Juli2019 . Aku ingin dikenal sekaligus tidak diketahui. Bagaimana? Apakah keinginanku itu sudah terdengar sangat mulia? Hari ini. Aku melakukan dosa lagi, dengan berlari dan membentuk anak koloni baru disosial media. Aku mempost-kan dengan cepat 3 berita. Mengenai aku yang malu, sedih, takut dan tidak enakan dikepala pada sebuah gambar dengan untaian kata-kata dibawah sebagai describe cerita. Seolah menjelaskan tidak ada lagi yang kurang dari sebuah rasa putus asa. Seolah akulah manusia yang paling menderita. Yang paling diabaikan semuka jagat raya. Btw, kalau mau saling menyapa lain kali, didunia yang kubuat se-imaji ini. Bisa kalian menyapaku di Instagram: @adhikabra. Kita sok kenal saja disana. 

#‎just‬ ‪#‎want‬ ‪#‎curcol‬ ‪#‎swag‬ ‪#‎soyolo‬ ‪#‎peace‬ ‪#‎waiting‬ ‪#‎boring‬ ‪#‎needhome‬

Gambar
Saat pertama kali aku melihatnya, aku jatuh cinta? Cih, tidak, tidak juga. Dia seorang teman yang baik.  Maksudku, hatiku-berat untuk mengakui dan mengatakan hal itu. Tapi seorang yang kukenal lagi bilang bahwa tak apa menyebutnya dengan sebutan teman saja. "Dia itu baik, selalu membawakanmu bekal" aku hanya tersenyum saja. Terkadang dia juga jadi memposisikanku sebagai pendengar yang baik, dia itu suka sekali bercerita... Lebih tepatnya lagi, curhat! Disetiap hari bertemu, entah jam berapapun itu. Dia akan meluangkan waktu untuk mengajakku membahas mengenai masalah hidupnya. Kejadian sehari-hari yang dialaminya. Mengenai keadaan rumahnya, ayahnya, ibu tirinya! Terkadang aku merasa paling tahu dia. Membuatku tertawa, siapa dia? Dia menganggapku temannya... Tapi dia tak mengetahui secuil apapun itu mengenai diriku. Aku terlalu tertutup. Aku menutup diri. Selalu... "penyendiri" Aku tahu kata itu yang akan terucap sei

Saat menunggumu disini,

Gambar
Yah, kau memang tidak menjanjikan apa-apa. Tidak pernah. Yah, kau memang tidak mengatakannya dengan jelas, "iya..." bahkan dari pandangan matamu saja. Aku sudah tahu, "tidak..." Kau tidak ingin orang menunggumu. Atau lebih tepatnya lagi. Jika kalian ingin lebih menyakitiku lagi. akan aku katakan yang sejujurnya padamu. "Iya." dia akan memberikan tatapan itu pasti, kepada seseorang. Dan "tidak." dia mengisyaratkan hal seperti itu karena kata "ya!" tak pernah datang untukku. Teruntuk yang lainnya. Tapi sampai saat ini, aku masih menunggumu disini diteman sepi. Dan kau tak pernah datang. Kau memang keluar, tapi tatapan senang itu bukan milikku. Kau memandangku dengan lesu, "kau disini?" Lirihmu waktu itu. Aku meringis saja. Entah kenapa rasanya ingin begitu berteriak. Oh man, bukalah matamu. Atau memang kau ingin aku menghilang? Ayahku bahkan sudah pernah menyuruhku pergi saja. "Untuk apa kau me